Longing

Jiwa yang dibaluti selimut kegalauan. Yang datang semenjak kelam bertandang ke awal malam. Bukan gundah yang berawal dari keresahan tertakar karena tak bertemu penghujung malam, atau risau yang sejenak muncul karena matahari terlambat tiba.
Ini tentang engkau, yang terbentuk dalam pertemuan sejenak. Aku tahu yang terjadi.
Jajaran malam yang merapati kepergianku tak mampu menguapkan setiap paragraf keterpanaanku. Perhatikanlah caraku memandangmu..
Hingga.. mata tertutup, semua cahaya meredup dan alam semesta terkantuk dalam rutinitas sunnatulloh, engkau hidup dalam imajinasi (seperti intecilic) semuga tidak fatamorgana.
{tribute to..}

1 comment:

Anonymous said...

// \\